BIMO JOGA SASONGKO
Ketua Umum IABIE,
Pendiri Euro Management Indonesia
Memasuki 2018 perlu mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM)
bukan dengan cara atau langkah yang biasa biasa saja. Melainkan perlu Leafrogging atau lompatan besar dalam
membentuk SDM yang unggul dan berkelas dunia.
Menginjak 2018 kita sangat prihatin melihat indeks
pendidikan Indonesia.
Tak kurang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
menyatakan, ekonomi Indonesia tumbuh di level lima persen, itu menjadikan
Indonesia masuk tiga besar negara G20 dengan pertumbuhan yang cukup tinggi,
setelah China dan India.
Namun, kualitas SDM Indonesia masih kalah dari negara ASEAN
yang lain. Kualitas manusianya masih tertinggal dari negara tetangga. Menurut
MENKEU, hal itu bias dilihat dari tes di lapangan.
Dibandingkan Malaysia, Thailand, Singapura, dan Vietnam
dalam hal tiga jenis tes untuk kategori membaca, matematika, sains, alhasil
Indonesia ada dibawah. Bahkan, kalau diuji seluruhnya, kita jauh tertinggal
dibandingkan Vietnam.
Bangsa ini tidak diboleh mengikari kenyataan berada di peringkat
bahwa dalam hal pendidikan. Justru kondisi riil itu pada 2018 harus menjadi
cambuk untuk mengejar ketertinggalan hingga peringkat naik signifikan.
Kondisi memilukan di atas juga ditunjukan dari hasil survey
Progammer for International Student Assessment ( PISA ), yang menunjukan posisi
Indonesia di urutan 64 dari 72 negara yang disurvei.
Penilaian dilakukan terhadap performa akdemis anak-anak sekolah
yang berusia 15 tahun di seluruh dunia dalam matematika, ilmu pengetahuan, dan
membaca. Tujuannya, menguji dan membandingkan prestasi anak anak demi
peningkatan metode pendidikan dan hasilnya di setiap negara.
Melihat hasil survey di atas, tak pelak lagi kita harus
berusaha sekuat tenaga melakukan Leafrogging
dalam mengembangkan SDM nasional.
Dibutuhkan program nasional unggulan di bidang pendidikan,
yang bias mencetak atau membentuk secara missal SDM kelas dunia.
Perlu restrukturisasi program penjaringan SDM kelas dunia
yang sudah ada, tapi hasilnya belum optimal. Istilah Leafrogging, secara harfiah berarti lompatan katak, yang merupakan
lompatan hebat pembangunan bangsa, khususnya dalam bidang pengembangan SDM.
Istilah Leafrogging pada
mulanya digunakan untuk menyebut strategi pembangunan yang progresif dan transformative,
dengan merujuk dua negara, yakni Jerman dan Jepang yang memiliki lompatan hebat
setelah kalah perang dan alami kehancuran total.
Menyosong 2018, pemerintah telah menyiapkan langkah
strategis untuk meningkatkan kualitas SDM bangsa.
Hal itu terlihat dari perintah presiden Joko Widodo dari
Istana Bogor kepada semua pihak yang terlibat pengolahan dana abadi pendidikan
agar mereka lebih produktif , programnya terukur dan tepat sasaran. Presiden
ingin terjadi lompatan besar terkait SDM untuk pembangunan.
Salah satu program strategis nasional untuk pembentukan SDM
kelas dunia lewat dana pendidikan Indonesia.
Selama ini dana pendidikan Indonesia dikelolah Lembaga
Pengolahan Dana Pendidikan (LPDP), yang penerimaanya berasal dari investasi
dana abadi.
Kini dana tersebut telah terakumulasi sekitar Rp 31 triliun.
Masyarakat berharap, program LPDP yang merupakan investasi pemerintah dibidang
SDM segera direstrukturisasi, baik secara organisasi, operasional, maupun
metode seleksi.
Sejalan dengan yang ditekankan Presiden, kesempatan untuk meraih beasiswa
dan pendanaan program LPDP seyognya tidak salah sasaran.
Program itu jangan justru banyak direbut oleh orang kaya
yang notabane sudah memiliki dana dan fasilitas.
Tahun ini LPDP menyiapkan dana sekitar Rp 3 triliun untuk
memberikan beasiswa kepada 12 ribu orang . Restrukturisasi LPDP harus menyentuh
aspek pengolahaan dan metode seleksi hingga mencakup banyak negara yang dituju
oleh penerima beasiswa.
Karena selama ini pengiriminan mengelompok ke negara
tertentu. Padahal, pusat inovasi teknologi dan kemajuan peradaban kini semakin menyebar di muka bumi.
Restrukturisasi program LPDP juga harus mengatur lebih baik
lagi terkait penyerapan alumni dengan ikatan dinas yang sesuai kondisi zaman.
Konsep ikatan dinas secara garis menyatakan, pihak pertama harus memberikan
kontribusi terhadap pihak kedua atau pun sebaliknya dan bersifat mengikat dalam
periode tertentu.
Ikatan dinas perlu disepakati sebelum para awardee berangkat keluar negeri.
Substansi surat ikatan dinas harus sangat jelas, termasuk penempatan dan
kewajiban setelah lulus pada lembaga pemerintah ataupun BUMN.
Semua sudah diarahkan sangat detail dan sistemis sesuai
kebutuhan pembangunan bangsa. Langkah restrukturisasi LPDP juga mencakup
efektivitas durasi beasiswa. Perlu durasi belajar para beasiswa yang di imbangi
dengan pengalaman bekerja di luar negeri
Dengan memberikan kesempatan bekerja di luar negeri, para
penerima beasiswa ini dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari secara langsung, diperusahaan ataupun
organisasi internasional, dan dapat mendapatkan pengalaman serta jaringan yang
sangat bermanfaat untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Arah dan sasaran LPDP perlu segera dirombak agar bias ikut
serta menggalakan program vokasioanl atau kejuruan yang berbasis apprentice,
untuk membangunkan nilai tambah lokal yang diibaratkan raksasa yang masih
tertidur.
Esensi nilai tambah lokal adalah berbagai usaha produksi
atau jasa yang berlangsung di Tanah Air. Di mana proses pengolahannya
menggunakan teknologi dan inovasi sehingga memiliki harga yang lebih tinggi
atau berlipat ganda jika dibandingkan harga bahan mentahnya.
Dengan prinsip nilai tambah yang genuine bangsa Indonesia tidak
sudi lagi mengimpor bahan mentah tanpa diolah secara signifikan terlebih
dahulu. Program vokasional berbasis apprentice
adalah kunci suksesnya indsutrilisasi di negara maju.
Apprenticeship dalam
istilah bahasa Indonesia bisa disederhanakan artinya menjadi pemagangan.
Apprenticeship adalah
bentuk pendidikan kerja yang mengombinasikan pelatihan di tempat kerja dengan pembelajaran berbasis
di sekolah, terkait kompetensi dan proses kerja yang ditentukan secara khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar