Debat Pilkada dan Kapasitas Kepemimpinan
Oleh Bimo Joga Sasongko
Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) menyelenggarakan debat antarpasangan calon (paslon) yang mengikuti
pilkada. Debat bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang visi
dan misi masing-masing kandidat.
Ada manfaat lain, yakni bisa
melihat kapasitas berpikir dan karakter kepemimpinan para kandidat, yang akan
mengendalikan roda pemerintah daerah. Kini masyarakat mengharapkan kepala
daerah bertipe civil servant yang cerdas dan pandai berempati.
Debat pilkada juga bisa
mencerahkan rasionalitas publik. Dalam acara debat putaran pertama Pilkada DKI
Jakarta, masih tampak suasana tegang
yang ditunjukkan seluruh paslon. Meski semangat berdebat, semua paslon
mengalami defisit sense of humour.
Begitu juga, dengan sang
moderator debat, masih belum mampu mencairkan suasana sehingga terjadi
relaksasi. Faktor humor dalam debat politik sangat penting. Menstimulasi tawa
tulus ternyata semakin penting bagi sektor korporasi, birokrasi, dan kegiatan
politik.
Menurut penelitian konsultan SDM
internasional Hay Group, tipe kepemimpinan atau manajemen paling efektif pada
era sekarang ini adalah yang bisa menimbulkan rasa humor. Eksploitasi humor
telah menjadi tren global, terutama di perusahaan multinasional.
Dunia butuh transformasi budaya
kerja dari yang serbakaku dan terburu waktu, menjadi situasi kerja yang mampu
berbagi emosi dan empati dibumbui dengan humor segar.
Menikmati suguhan humor dari
politisi yang sedang berkampanye dapat meningkatkan kadar endorphin dan
mengirimkan dopamine ke otak, yang bisa memberikan rasa senang dan penghargaan.
Humor telah terbukti secara
empiris melalui berbagai penelitian dapat memberikan efek positif terhadap
peningkatan kualitas interaksi antara politisi dan publik. Penggunaan humor
dalam memperbaiki kualitas interaksi dan komunikasi juga didukung teori yang
memadai.
Acara debat pilkada juga
diharapkan membangkitkan sikap kritis masyarakat yang bisa mewujudkan
transformasi demokratis di negeri ini dalam berbagai tingkatan dan profesi.
Transformasi ini juga akan terartikulasikan dalam gerakan membongkar budaya
politik afirmatif.
Budaya afirmatif menyebabkan
gaya kepemimpinan nasional dan daerah yang terkesan kering dan hanya pamer
keberhasilan pembangunan fisik yang semu.
Maraknya kasus kekerasan di
tengah warga kota dan tindak kejahatan hingga meningkatnya kasus narkoba dan
masalah kejiwaan merupakan tantangan berat pagi paslon Pilkada DKI Jakarta.
Masalah itu terjadi karena beberapa faktor yang saling memengaruhi.
Antara lain faktor kemiskinan
struktural, lonjakan pengangguran usia muda akibat sempitnya lapangan kerja,
ketimpangan pendidikan, meningkatnya pengidap gangguan kejiwaan usia muda, dan
semakin jauhnya rasa keadilan sosial.
Melalui debat pilkada,
masyarakat bisa menakar dan mengindentifikasi gagasan, inisiatif, dan solusi
paslon terkait pengembangan potensi warga. Kreativitas dan inovasi menjadi
sangat penting dalam pilkada untuk merebut hati pemilih dan memenangkan pertarungan
politik.
Masa depan dunia akan diwarnai
fenomena luar biasa yang disebut Ideagora. Paslon hendaknya menekankan
pentingnya pasar Ideagora. Hal itu terlihat dari animo masyarakat yang
menganggap paslon bukan sekadar penyalur aspirasi politik belaka.
Melainkan juga sebagai pasar
bagi gagasan, inovasi, dan karya unik yang bermutu bagi kepentingan publik.
Ideagora yang berasal dari kata agora dalam bahasa Yunani kuno, adalah arena
yang menjadi pusat aktivitas politik dan perdagangan bagi warga Athena waktu itu.
Pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) saat ini membuat
Ideagora menjadi fungsi yang sangat strategis dan spesifik karena
menjadikan pasar gagasan, inovasi, dan inisiatif yang cemerlang dapat diakses
dan dikembangkan lebih lanjut oleh siapa pun.
Dalam konteks di atas,
organisasi atau perseorangan dapat memanfaatkan kekuatan konvergensi TIK untuk
membangun produk dan jasa yang baru dengan lebih cepat dan efisien dibandingkan
sebelumnya. Mekanisme di atas disebut pasar Ideagora.
Tak bisa dimungkiri kondisi DKI
Jakarta masih terpuruk dalam berbagai bidang. Seperti infrastruktur
transportasi, keadilan sosial yang timpang, kekerasan dan konflik sosial yang
sering terjadi, serta sempitnya lapangan kerja.
Hal itu membuat rakyat Ibu Kota
menunggu pemimpin baru yang mampu mengabdi kepada rakyat, bukan seorang
penguasa yang sangat represif. Seorang pemimpin yang mampu dalam percaturan
budaya kosmopolitan.
Juga seorang pemimpin yang
memiliki segudang gagasan, kreativitas, dan daya inovasi untuk mengangkat
harkat sehingga bisa bersaing pada era globalisasi. DKI Jakarta dan daerah lain
membutuhkan pemimpin yang mampu mengatasi bom waktu masalah sosial-ekonomi.
Dalam konteks DKI, bom waktu
itu, antara lain, jumlah pengangguran yang cukup tinggi serta menyempitnya
lapangan kerja yang layak dan berprospek baik. Tulang punggung utama bagi warga
DKI adalah sektor perdagangan, jasa, dan industri kreatif.
Ironisnya, tulang punggung
tersebut semakin rapuh dan kurang kompetitif. Indikator lain yang sangat
mengkhawatirkan adalah semakin tidak jelasnya kontribusi sektor KUKM terhadap
PDRB. Padahal, KUKM ikon ekonomi dalam memperluas lapangan kerja.
Paslon kepala daerah pada saat
ini harus memiliki cara efektif untuk mencetak wirausaha muda. Saatnya pemuda
didorong menjadi pelaku UMKM yang
kreatif dan ulet. Sebab, peran UMKM terhadap ekonomi bangsa-bangsa di
dunia sangat luar biasa.
Hal itu ditunjukkan Profesor
Herman Simon, ilmuwan Jerman dengan mengambil kajian ekonomi di beberapa
negara. Ternyata UMKM merupakan jagoan tersembunyi yang mampu menjadi
penyelamat ekonomi nasional.
Herman Simon adalah pemikir
global yang sangat berpengaruh dan pernah menjadi kepala Euro Marketing Academy
(EMAC). Tak bisa dimungkiri lagi era konvergensi teknologi informasi gelombang
keempat saat ini, harus bisa dimanfaatkan para kepala daerah untuk pengembangan
model bisnis baru bagi pelaku UMKM.
Peradaban gelombang keempat akan
menempatkan UMKM sebagai jenis pekerjaan masa depan yang sangat menjanjikan.
Hal itu tentu saja disertai tuntutan agar terus-menerus melakukan inovasi yang
dipimpin para kepala daerah.
Tak pelak lagi, para pemilih
pilkada serentak yang diselenggarakan pada Februari 2017 nanti, cenderung
menjatuhkan pilihannya kepada paslon yang memiliki gagasan hebat untuk
mengembangkan SDM pelaku UMKM yang berdaya saing.
Bimo Joga Sasongko, Wakil Sekjen ICMI, Pendiri Euro Management Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar