Oleh
: Bimo Joga Sasongko *)
Tema HUT
Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2017 adalah “72 Tahun Indonesia Kerja
Bersama”. Tema tersebut mendatangkan kemaslahatan bagi seluruh warga bangsa
jika disertai kerja detail dan kompetensi SDM untuk mendayagunakan kapasitas
nasional yang saat ini masih jauh dari optimal.
Hasil
kerja segenap bangsa yang dicapai saat ini belum mencerminkan kondisi riil.
Negeri ini masih tumbuh dibawah kapasitasnya. Ibarat pabrik raksasa, kapasitas
yang idle masih besar. Perlu memperbaharui konsep kemajuan berkeadilan sesuai
semangat jaman.
Sebuah
semangat di mana SDM terbarukan semakin menjadi andalan, yakni SDM yang mumpuni
dalam bidang Iptek dan proses inovasi. SDM terbarukan menurut Presiden RI
ketiga BJ.Habibie memiliki daya kreatif dan inovasi yang lebih unggul dari
generasi sebelumnya.
Keniscayaan
pertumbuhan ekonomi dunia dan masalah krusial kemasyarakatan membutuhkan
bermacam inovasi sebagai solusinya.
Tak
bisa dimungkiri, kini kolektivitas bangsa mengalami distorsi akibat adanya
disparitas atau ketimpangan keadilan sosial dibidang hukum, akses ekonomi, dan
kesempatan kerja. Ketimpangan sosial harus segera dicarikan solusinya.
Pemerintah perlu peta jalan menuju keadilan sosial.
Menurut
Louis Kelso dan Mortimer Adler, dalam konsep menuju keadilan ekonomi terdapat
tiga prinsip esensial yang bersifat interdependen, yaitu partisipasi,
distribusi, dan harmoni. Ketiganya membentuk konstruksi keadilan ekonomi dalam
masyarakat.
Jika satu
di antaranya hilang, niscaya konstruksi keadilan sosial menjadi goyah. Saat ini
ketimpangan pendapatan penduduk semakin mengkhawatirkan. Kesenjangan yang makin
lebar lantaran kualitas pertumbuhan yang menurun.
Selain
itu disebabkan berpalingnya fokus perekonomian yang kurang mampu meningkatkan
nilai tambah potensi sumber daya lokal.
Maka
sekarang, saatnya membenahi nilai tambah produksi disegala lini.
Sektor manufaktur
perlu menerapkan standarisasi dan peningkatan kapabilitas
teknologinya. Khususnya memajukaan teknologi sederhana atau tepat guna yang
dibutuhkan oleh usaha rakyat.
Masalah
teknologi produksi usaha rakyat, seperti usaha garam rakyat, semestinya sudah
berkembang, sehingga negeri ini bisa swasembada produk garam. Sehingga kelak tidak
terjadi lagi impor garam hingga jutaan ton.
Dengan
memajukan teknologi produksi usaha rakyat dan potensi SDA kelautan mestinya
Indonesia mampu menjadi lima besar dunia produsen garam.
Namun
kondisinya belum menggembirakan, Indonesia masih berada di posisi ke-32 dunia
dengan produksi hanya sekitar 0.4 persen total produksi dunia. Padahal potensi
sumber daya alam untuk memproduksi garam sangat luar biasa.
Masih rendahnya kapasitas nasional yang digarap dengan proses nilai tambah yang
layak menjadi keprihatinan saat kita peringati HUT Kemerdekaan ke-72. Kapasitas
nasional tergambar dalam kemampuan industri nasional.
Terjadi
penurunan kemampuan industri nasional menyeimbangkan neraca nilai impor ekspor
secara signifikan. Secara makro ketidak seimbangan ini disebabkan oleh masalah
efisiensi dan masalah produktivitas. Perlu merumuskan kembali strategi dasar
pelaku industri. Seperti strategi biaya produksi rendah (low cost leadership
strategy), strategi segmentasi pasar (focus strategy) dan strategi diferensiasi
produk (differentiated product strategy).
Pada era
sekarang ini faktor kegesitan atau agilitas industri merupakan keniscayaan.
Untuk mewujudkan kegesitan industri nasional dibutuhkan SDM yang mampu
mengembangkan fleksibilitas dan kapabilitas manufaktur.
Sektor
industri pengolahan saatnya memiliki kontribusi yang signifikan bagi
perekonomian Indonesia. Tercatat bahwa kontribusi sektor pengolahan dalam
perekonomian Indonesia mencapai puncaknya pada 2004 ketika kontribusi sektor
tersebut mencapai kisaran 28 persen. Meskipun begitu, secara komparatif angka
itu bisa dikatakan masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain.
Sebagai contoh, puncak dari kontribusi sektor pengolahan di Jepang adalah
sekitar 36 persen, di Uni Eropa sekitar 32 persen dan di negara-negara industri
maju sekitar 30 persen.
Indonesia
sebenarnya telah diperingatkan oleh Bank Dunia terkait ekspor industri
manufaktur yang terus merosot. Terutama untuk industri yang padat teknologi.
Tentunya ini sangat menyedihkan bagi SDM Iptek nasional karena tidak tercipta
wahana berkarya bagi mereka.
Menginjak
72 tahun Indonesia merdeka diwarnai masalah ketenagakerjaan yang sangat
krusial. Selama ini perluasan lapangan kerja yang sering dinyatakan oleh
pemerintah merupakan jenis profesi yang rentan dan kurang memiliki prospek dan
daya saing global. Perlu mengembangkan jenis profesi yang berdaya saing regional
dan global. Pemerintah pusat dan daerah harus mampu mengembangkan portofolio
profesi. Jenis-jenis profesi yang menjadi kebutuhan dunia dimasa depan belum
dipersiapkan secara baik. Sehingga serbuan tenaga kerja asing (TKA) bisa
diatasi.
Tidak
boleh lagi terjadi penyimpangan kompetensi TKA, sehingga jenis-jenis pekerjaan
teknisi rendahan saja dicaplok oleh para TKA. Hal itu terlihat pada megaproyek
infrastruktur ketenagalistrikan. Hal serupa juga terjadi di proyek
infrastruktur jalan tol, kereta cepat, bendungan, telekomunikasi dan
transportasi. Ironisnya, peran tenaga kerja Indonesia (TKI) dalam berbagai
proyek infrastruktur hanya sebatas jenis pekerjaan kasar seperti sopir, satpam,
cleaning service dan tenaga kasar non teknis lainnya.
Perlu
menggalakkan program vokasional atau kejuruan yang berbasis apprentice untuk
membangunkan kapasitas nasional dan nilai tambah raksasa yang masih tertidur.
Esensi nilai tambah lokal adalah berbagai aspek produksi atau jasa yang
berlangsung di Tanah Air dimana proses pengolahannya menggunakan teknologi dan
inovasi sehingga memiliki harga yang lebih tinggi atau berlipat ganda jika
dibandingkan dengan harga bahan mentahnya. Dan bisa memperluas lapangan kerja.
Perlu spirit
untuk terus mengembangkan kapasitas inovasi. Apalagi proses inovasi sangat
dinamis dan membutuhkan SDM terbarukan. Kapasitas nasional bisa tergarap secara
ideal jika membaiknya inovasi daerah. Perlu mencetak jutaan SDM terbarukan yang
memiliki kompetensi dan gigih berinovasi diberbagai bidang. SDM terbarukan
dicetak lewat pendidikan di dalam maupun luar negeri. Tidak jarang proses
inovasi sangat terkait dengan perkembangan global.
*) Ketua Umum IABIE.
Pendiri Euro Management Indonesia. Wakil Sekjen Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar