(Vice Chairman Of Public Relations At Euro Management Indonesia)
Sebentar
lagi kita akan menyambut hari kemenangan umat muslim se-dunia. Raut bahagia
sudah bermekaran bersahaja mungkin itu ungkapan yang sekarang kita rasa bersama. Namun tak hanya keberagaman
tradisi menyambut dan merayakan hari idul fitri tahun ini yang ada di Indonesia,
Terdapat juga beragam tradisi dan festival yang digelar di berbagai negara
dalam menyambut momen Idul Fitri ini yang mana semuanya memiliki satu tujuan
yang sama yakni mempererat tali silaturahmi.
Lantas
apa saja tradisi perayaan lebaran di luar negeri? Kita intip yuk.
1. Tradisi yang hampir serupa
dengan negara serumpun “Malaysia”
Momen
Idul Fitri di Malaysia serupa dengan di Indonesia, hal ini tak lepas dari fakta
bahwa dua negara ini selain bertetanggaan namun juga masih satu rumpun. Tradisi
lebaran di Negeri Jiran ini diawali dengan kegiatan mudik yang berlangsung
mulai dari seminggu sebelum Idul Fitri. Kegiatan mudik di sana dikenal dengan
sebutan “Balik Kampung” di mana warga di kota besar akan pulang ke berbagai
pelosok di negara tersebut.
Suguhan
makanan saat silahturahmi pun serupa seperti ketupat, rendang, lemang dan aneka
macam kue kering. Dua hal yang membedakan perayaan Idul Fitri di sana
dengan di Indonesia yakni pertama, saat Idul Fitri warga Malaysia akan
mengenakan pakaian tradisional yaitu Baju Melayu untuk pria dan Baju Kuning
untuk wanita. Kedua, setelah salat Ied semua warga akan melakukan openhouse
di mana siapa saja boleh berkunjung termasuk mereka yang non-muslim.
2. Syeker Bayrami,
Festival Lebaran di Turki
Tidak
jauh berbeda dengan Indonesia, Turki pun di hari pertama diisi dengan kegiatan
berkunjung ke rumah anggota keluarga yang lebih tua untuk bermaaf-maafan.
Jika di Indonesia ketika berkunjung ke rumah sanak famili akan disuguh
makanan khas lebaran berupa opor dan ketupat, maka di Turki makanan manis menjadi suguhan
yang wajib ada.
Syeker
Bayrami sendiri dalam bahasa lokal memiliki arti perayaan hari libur nasional
dengan memakan manisan atau lebih singkatnya disebut sebagai festival gula.
Beragam makanan manis seperti permen, cokelat dan penganan manis lainnya akan
disuguhkan pada tamu. Tradisi ini sudah dilaksanakan di sana secara turun
temurun sebagai bentuk keramahan dan penghormatan terhadap tamu.
3. Negara Multikultural
yang memiliki keberagaman tradisi lebaran “USA”
Dikenal
sebagai negara liberal yang menjunjung tinggi keberagaman membuat umat Islam di
Amerika dapat merayakan momen hari kemenangan dengan meriah. Merayakan Idul
Fitri di Amerika meski tak seramai di negara-negara Islam lainnya namun
memiliki kesan yang sangat mendalam. Sebab umat muslim di sana berasal dari
berbagai kelompok masyarakat yang berbeda dan kebanyakan adalah imigran dari
Timur Tengah, Afrika dan Asia.
Hal
tersebut mengakibatkan adanya akulturasi budaya yang membuat perayaan makin
meriah dengan adanya campuran berbagai tradisi yang diusung masing-masing
kelompok masyarakat. Perayaan ini tidak hanya bisa dinikmati umat Islam saja,
banyak institusi muslim yang menyelenggarakan perayaan yang melibatkan khalayak
umum termasuk mereka yang beragama non-muslim.
4. Kemeriahan Idul Fitri di Negeri Ginseng “China
Islam
adalah minoritas di China namun pemeluknya selalu merayakan momen ini dengan
sangat meriah terutama di daerah-daerah basis Islam seperti di Provinsi
Xianjiang dan Provinsi Qinghai. Setiap daerah memiliki tradisi yang
berbeda-beda namun tetap dalam semangat kekeluargaan yang sama.
Pemandangan
berbeda nampak di Masjid Niujia yang ada di Beijing, saat lebaran mesjid ini
rutin menyelenggarakan pertunjukan wushu yang seru. Hanya satu hal yang sama di
setiap wilayah di China, yaitu hadirnya menu daging domba di setiap lebaran.
Di Provinsi Xianjiang misalnya, setelah salat Ied warga akan merayakan lebaran
dengan bernyanyi serta melakukan berbagai tari-tarian. Lain halnya dengan Kota
Xining di Provinsi Qinghai, mereka akan berkunjung ke rumah tetangga muslim
untuk bersilaturahmi.
Menjadi minoritas di negara
Jerman bukanlah suatu penghalang bagi komunitas muslim yang
berada di Jerman untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama. Muslim di
Jerman saat ini ada sekitar 3 juta orang. Sekitar 2 juta diantaranya berasal
dari Turki. Jadi mayoritas muslim di Jerman berlatar belakang Turki. Bukan itu
saja, karena proses masuknya orang-orang dari Turki ke Jerman sejak sekitar
tahun 60 dan 70 punya cerita khusus (lain kali diceritakan lebih panjang)
hingga mereka punya organisasi dan hubungan lebih kuat dengan pemerintahnya
dibandingkan muslim dari negara lain, maka masyarakat Jerman lebih mengenal
Islam dengan latar belakang Turki.
Lebaran dalam bahasa Turki disebut juga Seker Bayram.
Kalau diterjemahkan kata per kata dalam bahasa Jerman maka akan menjadi Zuckerfest.
Di manaZucker berarti gula dan Fest berarti perayaan atau pesta.
Pagi 1 Syawal, keluarga muslim muslimah Jerman berbondong-bondong melaksanakan
sholat sunnah Idul Fitri. Ada yang ke Islamic Center, ke Masjid-masjid, ke
gedung-gedung yang disewa, ataupun di rumah-rumah. Di kendaraan umum, ada terlihat
rombongan orang dalam pakaian dan penampilan yang khas dan istimewa. Biasanya
mereka memakai pakaian khas negaranya masing-masing. Yang dari Indonesia
biasanya memakai kebaya atau busana muslim khas Indonesia, yang dari Afrika
memakai pakaian khas mereka, begitu juga yang dari Turki dan negara lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar