Oleh Bimo Joga Sasongko
*)
Peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-89 diwarnai fenomena
kepemimpinan yang semakin belia. Baik kepemimpinan politik maupun korporasi.
Patut angkat topi menyaksikan kepemimpinan dunia semakin diisi oleh sosok
belia. Terakhir ini banyak terpilih kepala pemerintahan dengan usia yang
relatif muda. Sebut saja, Jacinda Ardern (37 tahun) Perdana Menteri Selandia
Baru. Ardern melakoni anggota dari Partai Buruh sejak berusia 17 tahun.
Selain itu pemilu Austria juga menghasilkan pemimpin baru
berusia 31 tahun, yakni Sebastian Kurz. Dan, masih sederet pemimpin muda dunia
lainnya seperti Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau hingga Presiden
Prancis Emmanuel Macron. Peringatan HSP tahun ini bertema “Pemuda Indonesia
Berani Bersatu”. Data demografi menunjukkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia
sesuai dengan UU tentang kepemudaan dengan rentang usia antara 16-30 tahun,
berjumlah 61,8 juta orang.
Jumlah itu 24,5 persen
dari total penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang (BPS, 2014). Kondisi
demografi pemuda diatas harus dikelola secara totalitas dan strategi yang jitu
agar jumlah besar itu nantinya tidak menjadi beban sejarah hingga berubah
menjadi bencana sosial. Ada tiga karakter dan kapasitas yang perlu
dikapitalisasi setiap generasi muda untuk memenangi pertarungan masa depan
sekaligus dalam mewujudkan mimpi Indonesia.
Pertama, diperlukan generasi muda yang memiliki kualitas
integritas yang tinggi, Kedua, kapasitas keahlian dan intelektual yang cukup
mumpuni dan, ketiga, karakter kepemimpinan yang peduli dan profesional di bidangnya.
Tak pelak lagi, Bangsa Indonesia sedang menanti bangkitnya kaum muda yang
berani bersatu untuk kendalikan semangat jaman.
Perlu membangun optimisme kebangsaan bahwa tidak lama lagi
pemuda mampu mewujudkan mimpi bangsa Indonesia, dan menjadi sangat terhormat di
antara bangsa lain. Bahkan lebih dari itu, bangsa ini perlu bermimpi untuk
suatu saat memimpin dunia. Memimpin dalam aspek politik, budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Proyeksi dan prediksi tentang Indonesia yang akan
menjadi bangsa besar dan maju pada tahun 2030 telah dibuat McKinsey Global
Institute. Berbagai indikator telah dikemukakan oleh McKinsey Global Institute.
Seperti potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang amat hebat jika SDM muda
dikelola dan diarahkan dengan benar.
Sejarah menunjukkan bahwa kaum belia lebih tangguh dan
trengginas mengendalikan semangat jaman dan berani membuat terobosan dan karya
inovatif. Orang tua kita sering menyatakan bahwa anak muda itu ''kaduk wani
kurang deduga'' (kelewat berani tapi kadang-kadang kurang perhitungan). Itulah
kekuatan dan keajaibannya kaum muda. Sejarah kebangsaan kita telah menyajikan kehebatan
para tokoh muda belia.
Banyak di antaranya malah mencapai puncak kariernya dalam usia
yang masih sangat belia. Kita akan terus menyaksikan munculnya pemimpin yang
makin belia di berbagai bidang kehidupan. Terutama mereka yang menjadi
penggerak inovasi yang bisa merubah kehidupan lebih baik.
Kiprah pemimpin belia penggerak inovasi menarik untuk
diamati. Antara lain sosok Gubernur dan Wagub DKI Jakarta, Anies Baswedan dan
Sandiaga Uno. Yang kini mulai bangkitkan kapasitas inovasi dengan sasaran utama
kaum pemuda.
Solusi persoalan bangsa tidak cukup dengan pembangunan
infrastruktur. Yang lebih penting adalah lahirkan berbagai macam inovasi dari
dan untuk masyarakat.
Sesaat setelah dilantik Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI langsung meluncurkan Citizen Innovation Laboratory atau laboratorium
inovasi warga. Wagub Sandiaga Uno optimis akan lahirkan 100 ribu penggerak
inovasi dari kalangan pemuda lewat laboratorium yang dikelola oleh Pemprov
bersama dengan masyarakat.
Slogan “Membangun Kota dengan Gerakan Warga dan
Inovasi” oleh Gubernur DKI yang baru mesti kedepankan partisipasi pemuda.
Benih-benih kreativitas warga kota sulit tumbuh subur tanpa disertai dengan
penguatan sistem inovasi. Sayangnya sistem inovasi selama ini belum progresif
dan masih terjerat birokrasi sehingga sulit terserap oleh masyarakat
luas. Padahal, sistem inovasi dunia telah ditandai dengan kencangnya laju
open innovation atau inovasi terbuka.
Antara lain menjadikan
hasil-hasil riset yang dilakukan oleh berbagai pihak bisa dikolaborasi dan
digunakan oleh masyarakat secara mudah.Program penggerak inovasi DKI Jakarta
searah dengan pemikiran Profesor Henry Chesbrough seorang pakar dari UC
Berkeley. Dia telah melakukan riset panjang tentang open innovation di
lembaga-lembaga riset dan perusahaan besar di Amerika Serikat.
Dari riset tersebut dihasilkan beberapa buku kategori best
seller. Salah satu bukunya berjudul “Open Business Models; How to Thrive in the
New Innovation Landscape” sangat berguna untuk penggerak inovasi dan suburkan
budaya inovasi.Kini laju open innovation semakin kencang dan terus
mengubah cara barang dan jasa diciptakan dalam perokonomian global. Begitupun
perusahaan multinasional mulai mentransformasikan dirinya menjadi model
perusahaan kolaboratif.
Transformasi tersebut menjadi peluang emas bagi para inovator di
DKI Jakarta yang bernaung dalam Citizen Innovation Laboratory. Selama ini
sistem inovasi di negeri ini masih belum kondusif dan baru bersifat elitis
alias kurang merakyat.
Menurut Freeman sistem inovasi pada dasarnya merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, kemitraan,
hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan
kecepatan inovasi dan difusinya serta proses pembelajaran.
Gerakan inovasi di DKI Jakarta membutuhkan dana yang cukup
besar. Tentunya tidak cukup dari sumber APBD. Perlu dibentuk innovation fund
semacam dana abadi.
Dana itu diharapkan
berasal dari APBN/APBD, CSR perusahaan dan sumbangan dari pihak ketiga dari
dalam maupun luar negeri. Dana tersebut sebaiknya dikelola oleh badan otonom.
Pemerintah pusat harus segera mendukung secara konkrit gerakan inovasi DKI.
Apalagi pada saat ini betapa rendahnya investasi nasional dalam
penelitian dan pengembangan yang kurang dari 0,1 persen dari Pendapatan
Domestik Bruto (PDB). Hal ini tentunya bisa menghambat kapasitas Indonesia
untuk berkembang menjadi negara maju. Perlu totalitas untuk membangkitkan daya
inovasi dan kreasi guna kesejahteraan dan peradaban Indonesia.
*) Pendiri Euro
Management Indonesia. Ketua Umum IABIE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar