PERS RELEASE
Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-89
28 Oktober 2017
Sumpah Pemuda dan
Navigasi Generasi Milenial
Peringatan
Hari Sumpah Pemuda (HSP) 2017 bertema “Pemuda Indonesia Berani Bersatu”. Potensi demografi pemuda Indonesia
yang jumlahnya sangat besar harus menjadi SDM penggerak
kemajuan bangsa, bukan beban sosial yang menjadi pecundang zaman. Pemuda harus
berani bersatu untuk wujudkan kemajuan disegala bidang.
Data
demografi Indonesia menunjukkan jumlah pemuda di Indonesia dengan rentang usia antara 16-30 tahun, sebanyak 61,8 juta
orang. Secara kuantitas angka tersebut sangat besar potensi dan resikonya. Oleh
sebab itu butuh navigasi agar potensi pemuda tidak salah kaprah dan salah urus.
Pemuda saat ini disebut sebagai Generasi Milenial yang kesehariannya sangat
akrab dengan perangkat teknologi informasi. Generasi milenial Indonesia mesti
produktif dan inovatif. Jangan kerasukan
konsumerisme yang boros dan tergantung produk asing.
Mulai tahun
2020 sampai 2035, Indonesia akan menikmati suatu era yang langka yang disebut
dengan Bonus Demografi. Dimana jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan
berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini, yaitu mencapai 64 persen
dari total jumlah penduduk Indonesia. Bonus
demografi analog pisau bermata dua. Disatu sisi merupakan potensi atau peluang
yang sangat strategis bagi sebuah negara untuk dapat melakukan percepatan
pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan SDM usia produktif dalam
jumlah yang besar. Namun jika salah kelola, maka bukan bonus yang didapat,
tetapi bisa timbulkan malapetaka sosial.
Sumpah
Pemuda adalah inisiatif hebat dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI)
saat 89 tahun yang lalu. Inisiatif melahirkan Sumpah Pemuda yang menjadi
tonggak kokoh bagi terwujudnya persatuan Indonesia. Aktualisasi semangat Sumpah
Pemuda saat ini menjadi penting, lantaran bangsa ini membutuhkan inisiatif
besar untuk menghadapi globalisasi. Persaingan ideologi dan politik telah
berganti menjadi persaingan inovasi antar bangsa. Apalagi
planet Bumi kondisinya semakin crowded sehingga perlu inisiatif persatuan dalam
bentuk kolaborasi berkarya yang mampu melahirkan berbagai solusi cerdas.
Melihat kondisi global, Indonesian butuh pemuda-pemuda yang benar-benar mampu
kendalikan semangat zaman dengan inisiatif besar lewat berbagai inovasi untuk
mewujudkan kemajuan
bangsa.
Pemuda
itu harus mampu menciptakan economic value sebesar-besarnya di negerinya yang kaya
dengan sumber daya. Tata ekonomi
dunia sekarang diwarnai dengan digitalpreneur yakni kewirausahaan dengan
memanfaatkan teknologi digital. Dalam konteks diatas Indonesia membutuhkan
platform besar “For Brighter Digitalpreneur” untuk mencetak digital inventor
yang lebih banyak lagi dari kalangan pemuda. Agar dampak buruk teknologi
informasi dan kerawanan generasi milenial bisa diatasi.
Peringatan
HSP kali ini diwarnai dengan kerawanan generasi milenial yang alami
ketergantungan berat terhadap akses internet. Aspek konektivitas tengah menjadi
candu bagi generasi muda kini. Sayangnya hal tersebut belum mendongkrak
produktivitas dan nilai tambah ekonomi kebanyakan pemuda. Belanja teknologi
informasi dikalangan generasi milenial justru makin boros dan kurang digunakan
untuk hal-hal yang produktif.
Hadirnya
teknologi digital harusnya menjadikan Indonesia semakin produktif dan berdaya
saing. Nyatanya belum demikian. Teknologi itu baru digunakan untuk hal-hal yang
konsumtif. Remaja yang menggunakan TIK untuk
kegiatan inovatif produktif masih langka. Kerawanan generasi milineal
diatas harusnya menjadi perhatian serius seluruh komponen bangsa.
Kerawanan
yang mengintai generasi milenial juga berupa kecenderungan anti sosial. Apalagi
sekarang negeri ini belum ada arah yang jelas terkait dengan pengembanganteknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Mestinya TIK pendidikan bisa
mengatasi dampak negatif dari interaksi generasi muda dengan perkembangan TIK.
Sayangnya, kebijakan nasional terkait TIK pendidikan belum berhasil menjadi
wahana untuk membentuk generasi milenial yang sehat dalam
berkonektivitas. Era konvergensi teknologi informasi mestinya membentuk
generasi milenial yang ideal, yang mampu lakukan konektivitas produktif, konten
kreatif, kolaborasi inovasi, dan pengembangan pemikiran kontekstual.
Atas perhatian dan kerjasama antara Euro Manajemen
Indonesia dan rekan-rekan jurnalis media massa, baik media cetak maupun
elektronik, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Jakarta, 28 Oktober
2017
Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA
President
Director & CEO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar